Ketemu Si Mbah (Kakek) Aneh
Oleh : Irvanuddin
Perjalanan
pulang sehabis kerja, saya mampir di penjual legen dan siwalan. “Bisa buat
pembersih wajah nih,” Pikir dalam benak saya. Saat menghidupkan mesin motor ada
seorang kakek yang jalan dan menghampiri saya. Ternyata orang tua tadi ingin
membonceng dan kebetulan satu arah.
Saya
berkata “Piyambakan, sangking pundi mbah?” (Sendirian, dari mana Kek?)
Kakek
tersebut menjawab “Ko Rembang le, bar ko omahe koncoku” (Dari Rembang nak,
habis dari rumah temenku)
Kakek
ini menceritakan, barusan membantu temannya mendapatkan togel nomer. Entah itu
benar apa tidak, saya tidak percaya dan tidak menggubrisnya. Saya anggap kakek ini sedang pikun, bicaranya
nglantur. Terus tiba-tiba kakek ini bilang kalau saya akan mendapatkan rejeki.
Pikir saya ya biasa aja, orang hidup pasti dapat rejeki masing-masing. Terus
kakek ini mau mendoakan bahwa dia bisa membantu saya mendapatkan rejeki itu
kalau saya mau memberikannya uang Rp 10.000,-. Dalam hati saya, eman-eman
(saying) kalau memberi uang segitu banyak pada kakek ini. Teringat kalau
di dompet ada 2 lembar uang, pecahan Rp 5.000,- dan Rp. 50.000,-. Saat mau
sampai ke alamat yang dituju, kakek ini “memaksa saya” mengeluarkan uang Rp
10.000,-. Dalam hati, lumayan banyak uang itu dikasihkan ke kakek, lagian saya
tidak mempunyai uang pas Rp 10.000,-.
Kakek
berkata “Sedoso ewu mas, kangge sarapan”. (Sepuluh ribu aja mas, untuk
sarapan)
Mana
ada sarapan sore-sore. Saya tidak begitu percaya dengan omongannya kalau saya
akan mendapatkan rejeki besar. Tapi saya kasian juga melihat kakek itu, sedikit
memelas dan akhirnya “saya tawar”.
“Gangsal
ewu mawon nggih mbah, kulo mboten gadah arto semonten” (Lima ribu aja ya
kek, saya tidak punya uang segitu)
“Nggih,
mboten nopo-nopo mas. Matur nuwun” (Iya, tidak apa-apa mas. Terima kasih).
Akhirnya
saya mengeluarkan dompet dan saya berikan uang pecahan Rp 5.000,- itu ke kakek.
Saya
langsung melanjutkan perjalanan.
Bagaimana
bila anda mengalami kejadian seperti ini? Kalau menurut saya sendiri, tidak
usah percaya dengan omongan kakek itu. Lagian semua rejeki itu ada yang
mengatur, dan hanya Allah yang mengetahui segala yang belum terjadi. Tetapi
jangan pula memperlihatkan wajah tidak percaya kepada kakek itu. Biasa aja.
Mengenai permintaannya jangan langsung dituruti, berikan sewajarnya. Anggap
saja itu sedekah. Mempercayai perkataan orang tentang sesuatu yang belum
terjadi itu “musyrik”.
Salam Diskusi
Irvanuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar