Senin, 26 Maret 2012

Ketemu Si Mbah (Kakek) Aneh



Ketemu Si Mbah (Kakek) Aneh
Oleh : Irvanuddin

Perjalanan pulang sehabis kerja, saya mampir di penjual legen dan siwalan. “Bisa buat pembersih wajah nih,” Pikir dalam benak saya. Saat menghidupkan mesin motor ada seorang kakek yang jalan dan menghampiri saya. Ternyata orang tua tadi ingin membonceng dan kebetulan satu arah.
Saya berkata “Piyambakan, sangking pundi mbah?” (Sendirian, dari mana Kek?)
Kakek tersebut menjawab “Ko Rembang le, bar ko omahe koncoku” (Dari Rembang nak, habis dari rumah temenku)
Kakek ini menceritakan, barusan membantu temannya mendapatkan togel nomer. Entah itu benar apa tidak, saya tidak percaya dan tidak menggubrisnya. Saya  anggap kakek ini sedang pikun, bicaranya nglantur. Terus tiba-tiba kakek ini bilang kalau saya akan mendapatkan rejeki. Pikir saya ya biasa aja, orang hidup pasti dapat rejeki masing-masing. Terus kakek ini mau mendoakan bahwa dia bisa membantu saya mendapatkan rejeki itu kalau saya mau memberikannya uang Rp 10.000,-. Dalam hati saya, eman-eman (saying) kalau memberi uang segitu banyak pada kakek ini. Teringat kalau di dompet ada 2 lembar uang, pecahan Rp 5.000,- dan Rp. 50.000,-. Saat mau sampai ke alamat yang dituju, kakek ini “memaksa saya” mengeluarkan uang Rp 10.000,-. Dalam hati, lumayan banyak uang itu dikasihkan ke kakek, lagian saya tidak mempunyai uang pas Rp 10.000,-.
Kakek berkata “Sedoso ewu mas, kangge sarapan”. (Sepuluh ribu aja mas, untuk sarapan)
Mana ada sarapan sore-sore. Saya tidak begitu percaya dengan omongannya kalau saya akan mendapatkan rejeki besar. Tapi saya kasian juga melihat kakek itu, sedikit memelas dan akhirnya “saya tawar”.
“Gangsal ewu mawon nggih mbah, kulo mboten gadah arto semonten” (Lima ribu aja ya kek, saya tidak punya uang segitu)
“Nggih, mboten nopo-nopo mas. Matur nuwun” (Iya, tidak apa-apa mas. Terima kasih).
Akhirnya saya mengeluarkan dompet dan saya berikan uang pecahan Rp 5.000,- itu ke kakek.
Saya langsung melanjutkan perjalanan.
Bagaimana bila anda mengalami kejadian seperti ini? Kalau menurut saya sendiri, tidak usah percaya dengan omongan kakek itu. Lagian semua rejeki itu ada yang mengatur, dan hanya Allah yang mengetahui segala yang belum terjadi. Tetapi jangan pula memperlihatkan wajah tidak percaya kepada kakek itu. Biasa aja. Mengenai permintaannya jangan langsung dituruti, berikan sewajarnya. Anggap saja itu sedekah. Mempercayai perkataan orang tentang sesuatu yang belum terjadi itu “musyrik”.

Salam Diskusi

Irvanuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar